Senin, 25 Mei 2009

Akal, Nafsu, Hati dan Agama


Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (Al-Isra’: 70).

Manusia adalah makhluk sempurna yang diciptakan oleh Allah dari makhluk yang lainnya. Kesempurnaan itu didapat dengan akal yang selalu menuntut manusia agar berpikir dan berkreasi, sekaligus menjadi api obor penerang sebagai pemandu dalam penentu jalan yang dihadapinya, dan perbuatan yang dilakukannya. Berbagai penemuan mutakhir berhasil diciptakan olehnya, mulai dari menembus angkasa raya sampai memperpendek jarak perjalanan berbulan-bulan menjadi beberapa jam saja.

Kemampuan manusia untuk menggunakan akalnya secara maksimal, tidak luput dari dua potensi yang menjadi motor bagi akal untuk mengambil keputusan, yaitu hati dan nafsu. Hati adalah keinginan dalam diri manusia untuk menghasilkan nilai-nilai kepatutan yang menjadi filter bagi akal dalam penentuan keputusan, dan segala hal yang diinginkan oleh akal. Sedangkan nafsu, merupakan ambisi dan keinginan dalam memenuhi segala kekurangan yang ada, sehingga mendorong akal untuk memenuhinya dengan ide, pikiran, penemuan dan berbagai cara yang bisa dilakukannya.

Namun, ketika kombinasi hati, akal dan nafsu mulai tidak terkendali, maka manusia akan menjadi mahkluk yang serakah dan dan ambisius, baik melalui pemikiran ataupun perbuatan. Adolf Hitler, seorang manusia yang memperturutkan nafsu dalam penggunaan akalnya, yakni nafsu mengangkat ras Arya di atas segalanya, kemudian menjadi penyebab PD II. George Walker Bush, merupakan manusia yang mengagungkan hati secara berlebihan, melalui slogan hak asasi manusia dan perang melawan teroris sehingga menciptakan killing field di Irak, Afghanistan dll.

Mereka semua adalah manusia yang telah bermutasi menjadi monster dan siap melahap apapun yang diinginkannya, mengingat kesempurnaan yang mereka miliki adalah kesempurnaan yang serba kekurangan, sehingga selalu merasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya. Namun, jauh sebelum mereka lahir sudah ada wadah yang mampu menaungi kombinasi dari hati, akal dan nafsu. Sebuah wadah yang mengarahkan ketiga hal tersebut untuk terus berada di batas kewajaran dalam mewujudkan keinginannya, sehingga timbul keselarasan dan keharmonisan dalam diri manusia.

Ad-Dien atau agama, sebuah wadah yang menjadi pakem dan tolak ukur dalam penggunaan ketiga kombinasi tersebut, karena dalam agama terdapat aturan baku yang mengatur keseluruhan hidup manusia yang sifatnya tidak mengekang manusia, melainkan menempatkan manusia pada posisi yang seharusnya dalam berpikir dan berbuat, sehingga tidak merugikan dirinya dan orang lain. Seorang anak meminta izin kepada ibunya agar ia diperbolehkan bermain dengan pisau, karena kasihan, maka sang ibu pun mengizinkannya. Agama mengajarkan Saddu-adz- Dzarai’ atau mencegah bahaya ketika ada hal-hal yang mengindikasikan ke arah tersebut, jika hal tadi menggunakan patokan kasih sayang ibu, maka si anak bisa saja terluka karena pisau itu, tetapi dengan agama hal yang seperti tadi bisa dihindarkan.
Agama menganjurkan manusia agar menggunakan akalnya, bahkan menghargai orang-orang yang menggunakan akalnya dengan sebutan Ulul Abshar, Ulul Albab dll. Tetapi, penggunaan akal haruslah sesuai dengan porsinya, atau dengan kata lain nafsu, hati dan akal haruslah berimbang yang kemudian dinaungi dan dibimbing oleh agama sebagai patokan. Sampai suatu saat, jika kombinasi dari hati, nafsu dan akal keluar dari batasan yang ada, maka agama akan muncul sebagai stabilizer yang mengembalikan keseimbangannya seperti sedia kala.

Sesungguhnya nafsu, akal dan hati bukanlah seonggok daging yang berada di tubuh manusia, melainkan pemberian dan rahmat dari Allah kepada manusia yang tidak akan ada fungsinya, kecuali untuk mendatangkan keberkahan dan kebaikan bagi dirinya dan juga orang lain. Ibnu Qoyim pernah mengatakan,”Akal yang berfungsi dengan sempurna ialah yang mampu mengantarkan pemiliknya kepada ridho Allah dan Rasul-Nya.

Maha Suci Allah Dzat yang telah memakaikan kepada manusia semua baju kemuliaan, yaitu akal, nafsu, hati dan agama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar